Karya Ilmiah
TESIS (2787) - Asas-Asas Perjanjian Syariah pada Akad Murabahah Dalam Bentuk Baku
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan berdasarkan
operasionalnya bank dibedakan menjadi dua, yakni bank konvensional yang
berdasarkan pada prinsip bunga dan bank yang berdasarkan prinsip syariah atau yang
kemudian lazim dikenal dengan bank syariah. Bank syariah merupakan lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-
prinsip syariah. Salah satu bentuk penyaluran dana yang paling banyak digunakan
oleh bank syariah adalah produk pembiayaan murabahah. Murabahah adalah jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dan tidak
memberatkan kepada calon pembeli. Dalam prakteknya murabahah dituangkan
dalam bentuk akad, pada penyusunan akad tidak akan terlepas dari prinsip perjanjian
syariah. Seiring berkembangnya dunia bisnis ternyata juga diikuti dengan
penggunaan model kontrak yang simple, efisien, dan mampu menampung
kepentingan para pelaku bisnis melalui kontrak baku (standard contract). Dengan
kontrak baku ini, bank bank syariah telah menyiapkan klausula-klausula baku yang
dituangkan dalam suatu kontrak akad pembiayaannya. Hal ini akan menimbulkan
masalah yuridis dalam penggunaan kontrak baku (standard contract) yaitu adanya
kekuatan tidak seimbang antara pihak bank dengan konsumen. Didalam suatu kontrak
syariah suatu akad harus memenuhi asas-asas perjanjian syariah. Ketika asas-asas
perjanjian syariah tersebut tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan batal atau tidak
sahnya akad yang dibuat. Dari hal tersebut muncul isu hukum mengenai urgensi akad
murabahah dibuat dalam bentuk baku dan mengenai pencerminan asas-asas perjanjian
syariah dalam akad murabahah.
031414253028 | 2787 | Ruang Tesis | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain